POTLOT – Pada Jum’at (17/11), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro kembali melaksanakan FSM Bergerak dengan tema “Mencari Pengganti Ibu” di Warung Overthinking Kramas. Melalui unggahan di laman resmi Instagram (@bemfsm_undip), BEM FSM mengajak seluruh mahasiswa FSM untuk hadir pada Konsolidasi “Mencari Pengganti Ibu” tersebut.
Tema yang diangkat kali ini berpusat pada pembahasan seputar evaluasi kinerja Dekan FSM, Prof. Dr. Widowati, S.Si., M.Si., selama satu periode terakhir. Hal ini merupakan buntut dari kemunculan dadakan spanduk berisi timeline Pemilihan Dekan FSM yang tersebar di setiap sudut FSM. Publikasi timeline ini menjadi sorotan karena diumumkan hanya beberapa hari sebelum penutupan pendaftaran calon Dekan.
Dokumentasi : LPM POTLOT
Dipandu oleh Ivander, pembahasan inti pada forum kali ini dimulai dari inventarisasi isu yang ada pada setiap ormawa di FSM. Naufal, Ketua Himpunan Mahasiswa Biologi, mengutarakan isu yang ada pada Departemen Biologi. “Terkait sarana dan prasarana, di laboratorium, banyak alat-alat yang sudah tidak layak untuk digunakan kembali. Kapasitas kursi di setiap ruang kelas juga tidak sesuai dengan jumlah mahasiswa sehingga harus mencari kursi tambahan dari luar kelas,”
Fikrizal, selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Fisika, turut mengutarakan isu yang serupa terkait sarana dan prasarana. Ia juga menyampaikan permasalahan mengenai kegiatan MBKM yang dirasa memberatkan mahasiswa Departemen Fisika karena sistem konversi SKS yang cukup sulit.
“Saat ini di Informatika lagi marak kehilangan helm, yang menandakan kurangnya keamanan di FSM itu sendiri,” Nafis sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Informatika, menambahkan isu yang terjadi di departemennya. Nafis juga memberikan pendapatnya mengenai kinerja birokrasi yang dinilai cukup lama dalam menanggapi keluhan sarana dan prasarana, sehingga mendorong Departemen Informatika untuk bergerak sendiri.
Menanggapi isu kinerja birokrasi, beberapa perwakilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) FSM yang hadir turut menyuarakan pendapat serupa mengenai administrasi kesekretariatan yang dirasa cukup lambat sehingga menghambat jalannya program kerja.
Dokumentasi : LPM POTLOT
Dalam menghadapi serangkaian isu yang mencuat, BEM FSM mengambil inisiatif untuk menyusun kajian berdasarkan beberapa permasalahan yang telah didiskusikan pada forum saat itu, termasuk isu sensitif seperti kekerasan seksual dan pengurangan UKT bagi mahasiswa berprestasi.
Di penghujung acara, Ivander kemudian menghimpun penilaian dengan skala huruf ‘A-E’ dari setiap perwakilan mahasiswa terhadap kinerja Dekan FSM selama satu periode terakhir. Hasil kesepakatan bersama menunjukkan bahwa nilai yang diberikan untuk kinerja Dekan adalah ‘D’. Penilaian ini seolah menjadi sebuah ‘rapor merah’ yang menggambarkan evaluasi kritis terhadap kepemimpinan dan kinerja Dekan dalam mengelola dan menanggapi isu yang timbul di FSM selama ini.
Evaluasi ini diharapkan dapat menjadi pemantik bagi Dekan selanjutnya agar dapat lebih memperhatikan perubahan kebijakan dan tindakan konkret yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan lingkungan akademik di FSM.
(LPM POTLOT).
